Dibalik Sebuah Tradisi

Mungkin ada yg punya tradisi kumpul keluarga? Setiap setahun sekali? Atau beberapa bulan sekali?

Bagi kita dengan jumlah anggota sanak saudara yg cukup banyak, hampir semuanya mengadakan tradisi ini. Terkadang agar lebih keren bisa disebut "arisan keluarga". Berkumpul bersama melakukan aktivitas bersama pula, makan bersama, ngobrol bersama, menonton televisi bersama, dll.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya apa sih esensi dari "kumpul keluarga" itu sendiri? Sekedar bertemu kah? Minta kontak / akun sosmed, saling memfollow, dan berakhir dengan chatting di dunia maya?

Mungkin tujuan awal diadakan tradisi itu baik, sangat baik seperti yg diajarkan agama untuk mempererat tali silaturahmi sehingga dapat memperpanjang umur maupun menambah rezeki. Namun seiring berjalannya aktivitas itu, yg mungkin setiap tahun bertemu, lama kelamaan mereka bosan dan hanya datang sekadar "nampang" ataupun menghargai sang tuan rumah.

Bagi sy sendiri dgn jumlah saudara dari salah satu orang tua sebanyak 10 orang, yg menganut tradisi tersebut jg merasakan hal yg sama. Di awal tercetusnya ide "kumpul keluar" serasa akan menjadi babak baru. Sebelumnya setidaknya mereka hanya mendatangi rumah nenek satu per satu tergantung waktu luangnya, atau paling tidak setiap hari raya. Keluarga kami terdiri dari 2 macam agama menjadikan lebih sering bertemu. Adanya tradisi ini menjadikanku bahagia karena bisa bertemu dengan saudara yg ternyata lebih banyak dari yg dibayangkan. Meskipun mereka lebih senior tapi sangat nyaman untuk ngobrol, bahkan ada yg mengajak bermain bersama ke alam. Ketika calon tuan rumah kunjungan selanjutnya di luar kota, sangat berharap perjalanan diakhiri dengan menginap dan mengunjungi berbagai lokasi wisata.

Khayalan.

Hampir seluruhnya ternyata hanyalah khayalan. Jangankan menginap di rumah saudara di loar kota, berangkatnya pun pagi hari menjelang acara. Jangankan bertamasya bersama, pulang berpencar bebas padahal saat berangkat beriringan. Jangankan ngobrol asik, yg datang pun bisa dihitung jari.

Tradisi terakhir yg aku ikuti berlokasi di luar kota. Estimasi berangkat pukul 7 pagi sampai lokasi pukul 11 siang. Faktanya pukul 8 baru siap, sampai lokasi pukul 12.30. Selanjutnya sholat dhuhur dan dianjurkan makan siang. Yap, jam 13.30 baru dimulai acaranya. Yg hadir pun tidak lebih dari jumlah jari tangan. Berbagai alasan dilontarkan menjelaskan alasan ketidakhadiran keluarganya. Dan pukul 15.30 kami pamit pulang.

Bisa dihitung sendiri berapa lama kami berkumpul. Semuanya telah berubah seiring waktu. Harapan bisa mempertemukan anak cucu agar kedepannya saling kenal kini berubah. Para orang tua yg berkumpul dan haqnya membahas hal klasik.

Berharap jika tradisi itu berlangsung, keadaan bisa berubah sesuai niat awal. Q

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nila setitik rusak susu sebelanga

NARNIA

Ujian Akhir #4