Study From Home


Masih berkaitan dengan kondisi saat ini, tentunya tidak hanya pekerja yang harus WFH alias work from home, para pelajar juga harus belajar dari rumah alias Study From Home (SWH).

Mungkin kita berpikir bahwa SWH ini hanya akan berdampak bagi pelajarnya saja. Mereka yang tidak punya cukup kuota internet akan ketinggalan informasi dan mereka yang kurang ahli teknologi akan kesulitan mengakses informasi. Penerapan SWH yang terlalu lama pun bisa membuat mereka jenuh karena hanya di rumah saja (wajar ya terutama anak-anak yang lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah bersama temannya).

Peran orang tua juga berpengaruh dalam SWH ini. Mereka yang kurang menguasai teknologi akan kesusahan terutama wali murid anak sekolah dasar dimana peran orang tua lebih besar pada tugas anaknya. Orang tua yang sibuk bekerja pun merasa susah membagi tugas antar pekerjaanya sendiri, mengurus rumah tangga, dan masih harus mengajari anak-anak mereka belajar. Faktor orang tua yang juga paling berpengaruh adalah kemampuan mereka menguasai materi pembelajaran.  Saya pun sekarang ini sudah lupa materi tentang aljabar, reaksi kimia, dll.

Jika semua faktor negatif ini ada di orang tua, tentunya SWH malah berdampak negatif bagi pendidikan. Misalnya, si orang tua kurang menguasai smart phone untuk mengakses tugas anaknya. Mereka juga harus bekerja di luar rumah untuk mencari pendapatan. Ketika di rumah, mereka masih disibukkan dengan urusan rumah tangga. Akhirnya, peran mendampingi anak dilakukan di akhir hari. Jika mereka ternyata tidak menguasai materi atau tugas sang anak, tentu ini menjadi masalah baru. Bisa saja ini segera terselesaikan dengan mencari sumber-sumber pembelajaran di internet. Namun, apakah mereka mampu jika penguasaan teknologinya terbatas? Selain itu, untuk materi tertentu pun dirasa rumit dan lebih susah dipahami. Kalo sudah begini, apa kabar anak-anak?

Di sisi lain, pernahkah kita berpikir kondisi para guru? Mungkin kita merasa "ah enak banget gurunya nggak perlu ngajar, cukup kasih materi dan tugas, dikumpulkan dan dikoreksi".

Bagi yang memiliki pemikiran seperti ini. Tolong pikir ulang.

Ternyata tidak sesederhana itu. Pemberian materi dan tugas pun butuh ide. Apakah nantinya memberatkan? Apakah sesuai dengan siswa mereka yang kondisinya berbeda beda?

Beberapa kali  saya melihat WA Story  mbak kost yang berisi video anaknya sedang memasak telur ayam ataupun sup cream malam  hari. Ternyata itu adalah tugas sekolahnya dalam rangka SWH. Perlu diketahui bahwa anaknya ini masih bersekolah di TK. Tugas lain yaitu membersihkan kama mandi, menyiram bunga, hafalan surat pendek, bahkan mencuci baju.

Tidak pernah saya berpikir bahwa ternyata mereka sekreatif itu memberikan tugas. Seperti yang kita tahu, taman kanak-kanak hanya berisi permainan dan pembelajaran dasar. Tugasnya pun harus disesuaikan. Intinya adalah anak-anak tetap produktif di rumah.

Belum lagi jika mereka adalah guru SD/ SMP/ SMA bahkan dosen dimana sudah ada materi mata pelajaran/ mata kuliah. Mereka pun harus mencari materi yg sesuai. Tak jarang mereka mengetik ulang materi agar lebih sesuai. Apakah ini menyita waktu? Tentu iya. Mereka juga harus menyisihkan waktu diantara pekerjaan rumah dan menemani belajar anaknya yang juga sedang SWH.

Jadi, adakah yang masih berpikir bahwa SWH ini hanya "membebani" siswa dan orang tuanya saja dan hanya "menguntungkan"  para guru/ dosen?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nila setitik rusak susu sebelanga

NARNIA

Ujian Akhir #4