Dilema metode
Kita semua tentu ingin bekerja secara maksimal meskipun dalam keadaan pandemi seperti ini. Setidaknya lebih banyak manfaat dibanding kerugiannya.
Ya, itu juga menjadi salah satu yang pernah terlintas di pikiran saya. Bagaimana caranya agar saya bisa mengajar totalitas. Artinya, bagaimana semua mahasiswa bisa mendapat materi, mempelajari, dan memahaminya. Tidak sekedar saya memberi materi ataupun mahasiswa mendapat materi.
Di era canggih ini, tentu banyak fasilitas yang memudahkan pekerjaan kita termasuk untuk mengajar. Ada yang berbasis video seperti zoom, webex, google duo, google meet, dll. Ada juga yang sebatas berkirim materi dan chatting melalui whatsapp grup. Perlu diingat juga, semua aplikasi tersebut pasti ada kelebihan dan kekurangannya.
Hampir semua orang pasti lebih memilih aplikasi berbasis video dalam proses pembelajaran. Selain mudah untuk menjelaskan materi, para pengajar juga dapat memantau anak didiknya. Berbeda dengan whatsapp grup yang tidak dapat menampilkan suasana belajar jarak jauh. Pengajar hanya dapat berbagi materi dan menjelaskan melalui tulisan yang bisa menyebabkan mispersepsi. Sebenarnya bisa juga berkirim video yang berisi penjelasan materi.
Pemilihan metode ini lah yang kadang membuat kita dilema. Kita tidak mungkin asal menentukan aplikasi yang akan digunakan tanpa menilai terlebih dahulu kriteria atau latar belakang anak didik kita. Bisa saja mereka tinggal di berbagai daerah seperti perkotaan, pedesaan, pesisir, atau pegunungan. Apakah lokasi tersebut berpengaruh? Tentu. Sinyal di perkotaan tentu lebih lancar dibandin di pesisir.
Selanjutnya, apakah mereka semua berasal dari keluarga berkecukupan? Jangankan membeli kuota, untuk kebutuhan sehari-hari pun mereka mengandalkan rejeki harian yang tidak pasti. Bahkan ada salah satu mahasiswa saya yang tidak bisa mengikuti UTS karena belum membayar uang SPP. Malah, dia juga sudah berencana mengambil semester tambahan untuk mengulang.
Saya juga pernah mengajar malah hari dan ada salah satu anak yang kesusahan mengunduh materi. Ada temannya yang mengusulkan pindah lokasi. Sang anak pun berkata kalau dia sudah berada di luar rumah, di dekat sawah. Ingat, itu malah hari dan dia perempuan.
Alasan-alasan itulah yang membuat saya berusaha menentukan pilihan paling tepat. Tepat untuk saya menyampaikan materi perkuliahan dan tepat untuk para mahasiswa mendapatkan materi dan memahaminya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menggunakan whatsapp grup sebagai metode perkuliahan online. Selain lebih mudah digunakan, lebih menghemat kuota juga. Ketidakmampuan memantau mereka selama jam perkuliahan saya atasi dengan memberi latihan soal di setiap akhir pertemuan. Tujuannya agar setidaknya mereka membaca kembali materi yg saya berikan ketika menjawab soal-soal. Sebenarnya saya bisa mewajibkan setiap anak bertanya (pasti membaca materi untuk membuat pertanyaan). Namun belajar menurut saya adalah suatu kebutuhan. Saya tidak mau memaksa mereka. Lagi pula, mereka yang bertanya belum tentu tidak paham dan mereka yang diam tentu paham. Terlalu susah menebak pikiran orang.
Komentar
Posting Komentar