Beda selera

Selera bersifat subjektif. Artinya, tidak ada yang benar ataupun salah. Jika ada seseorang yang merasa dan memaksa seleranya yang benar dan yang lain salah, maka dialah yang salah. Hal ini berlaku pada hal apapun, makanan, minuman, mode, aliran musik/film, desain tempat tinggal, dll. Saya hanya akan diam dan mendengarkan pendapat orang yang memaksa pilihannya lah yang terbaik. Tidak perlu menghabiskan energi untuk menyanggah karena mereka tidak akan pernah menerima perbedaan.

Perdebatan paling familiar terkait makanan adalah bubur ayam. Ada yang lebih suka diaduk, dan sebagian tidak perlu diaduk. Mereka yang mengaduknya merasa buryam akan terasa lebih nikmat dengan mencampur seluruh komponennya. Dengan sekali suap, seluruh komponen bisa termakan -bubur, ayam, kacang, kecap, sambal-. Sebaliknya, sebagian orang merasa aneh jika mengaduknya. Mereka merasa hal itu merusak estetik buryam. Cara memakannya cukup dengan mengambil setiap elemen dalam satu sendok.

Hal ini berlaku pada saya dan teman kos. Kami sering membeli makan bersama, termasuk buryam. Selera kami berbanding terbalik, baik buryam sebagai menu utama dan minumannya. Saya tipe buryam tidak diaduk ditemani teh panas. Sedangkan teman saya selalu mengaduk buryam dan menikmati satu gelas es teh. Tidak jarang kami memperhatikan cara makan satu sama lain dan bertanya alasannya meskipun kami sudah tahu jelas.

Kali terakhir kami membeli buryam bersama sekitar tahun lalu. Meskipun sudah tinggal di daerah berbeda, kami masih menyempatkan untuk bertemu dan bernostalgia. Kami sengaja membeli sarapan buryam di sekitar Stadion Manahan yang katanya enak. Benar saja, lapak penjual ramai pembeli. Untungnya, kami menemukan meja kursi yang masih kosong. Makanan pun datang. Pasti bisa ditebak posisi duduk kami berada di sebelah mana ya.


Masih ada cerita kami lainnya tentang perbedaan selera. Nantikan unggahan selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nila setitik rusak susu sebelanga

NARNIA

Ujian Akhir #4