Basa-basi penyebab putus silaturahmi
Sumber: google.com
Mungkin semua orang sudah tahu kalau silaturahmi itu memperpanjang umur atau menambah rezeki. Ya, semua percaya itu. Selanjutnya, kenapa banyak orang enggan datang ke suatu acara yang tujuannya untuk silaturahmi? Tentunya banyak alasan bagi mereka enggan menghadiri undangan acara tertentu. Secara tersurat, agenda tersebut bertema silaturahmi namun kita tidak dibalik itu semua. Banyak spekulasi tentunya.
Kali ini spekulasi berasal dari saudara saya yang enggan menghadiri acara bertema "kumpul keluarga". Ya, seperti pada setiap acara, tentunya ada banyak tujuan lain dibaliknya berdasarkan berbagai sudut pandang. Dia merasa risih di lingkungan keluarga sendiri yang seharusnya menjadi tempat ternyaman. Berbagai pertanyaan kabar dianggapnya hanya basa-basi yang membuat luka di hati.
Sebagai orang Jawa tulen, saya paham dengan masyarakat yang hobi berbasa-basi. Pertanyaan "apa kabar" menjadi pembuka obrolan terpopuler di setiap pertemuan. Hal ini masih dianggap wajar yang berarti kepedulian mereka kepada kita. Mereka ingin mengetahui kondisi dan keadaan kita selama tidak pernah bertemu. Akan tetapi, terkadang pertanyaan tersebut melebar ke segala penjuru arah bagaikan zat cair yang mengisi setiap sudut ruangan. Dengan senyum indah, mereka bertanya "kelas berapa", "sekolah dimana", "kuliah jurusan apa", "kapan lulus", "kerja dimana", hingga "kapan nikah". Tentunya si penanya sudah mengetahui kondisi kita agar pertanyaan yang diberikan tidak salah alamat sehingga menjadi bumerang.
Bisa jadi mereka menganggap itu hanyalah pertanyaan biasa untuk mengetahui kabar namun kita tidak tahu kondisi kejiwaan orang yang ditanyai. Bisa jadi saat itu mereka sedang berusaha mengerjakan tugas akhir, berjuang mati-matian bolak-balik kampus demi bertemu pembimbing yang ternyata beliau tidak bisa melanjutkan bimbingannya karena harus melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ada di real life? Ada!!! Mungkin juga mereka-mereka sedang berusaha memperbaiki diri agar mendapat pasangan hidup yang baik karena perempuan baik untuk laki-laki baik dan sebaliknya. Mungkin mereka sudah mengikuti kelas jodoh ataupun mengirim CV ta'aruf namun belum rezeki untuk bertemu dengan cinta sejati. Kita tidak tahu usaha dibalik setiap orang.
Bisa jadi mereka menganggap itu hanyalah pertanyaan biasa untuk mengetahui kabar namun kita tidak tahu kondisi kejiwaan orang yang ditanyai. Bisa jadi saat itu mereka sedang berusaha mengerjakan tugas akhir, berjuang mati-matian bolak-balik kampus demi bertemu pembimbing yang ternyata beliau tidak bisa melanjutkan bimbingannya karena harus melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ada di real life? Ada!!! Mungkin juga mereka-mereka sedang berusaha memperbaiki diri agar mendapat pasangan hidup yang baik karena perempuan baik untuk laki-laki baik dan sebaliknya. Mungkin mereka sudah mengikuti kelas jodoh ataupun mengirim CV ta'aruf namun belum rezeki untuk bertemu dengan cinta sejati. Kita tidak tahu usaha dibalik setiap orang.
Pepatah mengatakan lidah tak bertulang sehingga dapat dengan mudah mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakiti hati. Tentunya kita perlu berpikir ulang apa yang akan kita ucapkan pada orang lain. Apa yang kita anggap biasa belum tentu diterima dengan konsep yang sama. Kepala orang berbeda dan isinya pun berbeda.
Komentar
Posting Komentar