Perempuan dan wanita #InternationalWomensDay2021



Hari ini, 8 Maret, diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Jadi, saya akan cerita sedikit seputar dunia perempuan yang ada di sekitar saya.

Ada dua istilah untuk mengartikan women di bahasa Indonesia, yaitu perempuan dan wanita. Keduanya termasuk bahasa baku karena ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) namun arti wanita mengacu pada perempuan.

Awal februari lalu, seseorang memrotes definisi perempuan di KBBI ini. Dia beranggapan bahwa seluruh definisi yang ada bermakna negatif. Fenomena tersebut sempat trending di dunia maya. Untungnya hal itu tidak berlarut-larut karena pihak KBBI telah memberikan penjelasan. Sekarang, isu tersebut sudah tidak dipermasalahkan lagi meskipun definisinya belum diubah menjadi lebih ke arah positif.

Saat kuliah, saya sangat ingat momen dimana salah satu dosen mengatakan bahwa beliau lebih memilih menggunakan kata perempuan dibanding wanita. Alasannya, terkait dengan kebudayaan Jawa. Kerata Basa Jawa mengartikan wanita sebagai wani ditata atau berani diatur. Secara tersirat berarti wanita adalah makhluk yang harus diatur, dalam hal apapun. Sedangkan perempuan tidak ada dalam kerata basa Jawa. Saya setuju dengan pendapat beliau dan selalu menggunakan kata "perempuan" di setiap redaksi.

Anggapan tugas perempuan Jawa jaman dulu sebatas 3M, yaitu Masak, Macak, Manak atau memasak, berdandan, melahirkan. Silakan Anda artikan sendiri mengenai filosofinya. Saya rasa semua orang paham apa yang dimaksud di sini.

Di era sekarang ini, saya rasa perempuan telah berhasil mengubah stigma-stigma itu semua. Perempuan bukanlah orang yang harus diatur. Perlu diingat, maksud di sini bukan berarti perempuan sebagai istri terhadap suami. Banyak perempuan yang sudah berani melawan ketidakbenaran, terutama dari laki-laki tidak baik. Misalnya, ibu-ibu yang berani melawan pencuri. Mungkin pada awalnya pencuri berpikir si ibu akan takut dan patuh pada perintahnya karena menganggap perempuan itu lemah. Sebaliknya, sang ibu membuktikan bahwa perempuan saat ini tidak seperti yang pencuri pikirkan. Kondisi ini tentu menguntungkan perempuan.

Tugas perempuan pun tidak lagi sekedar 3M. Sudah banyak perempuan hebat yang menjadi pemimpin. Mereka memiliki jabatan penting di pemerintahan, organisasi, dan sektor lainnya, yang tidak kalah dengan laki-laki. Bukan berarti para perempuan ini menginginkan superioritas, melainkan membuktikan bahwa perempuan itu hebat dan mampu berkarir layaknya laki-laki. Bahkan terkadang ada beberapa profesi yang saya rasa lebih cocok diperankan oleh perempuan, seperti bidan, sekretaris, guru. Seorang ibu yang melahirkan tentu akan merasa lebih nyaman jika dibantu oleh sesama perempuan. Perempuan lebih rajin dan detail sehingga cocok sebagai sekretaris. Seorang guru hendaknya sabar dalam mengajar. Perempuan memiliki kesabaran dan mudah menyatu dengan anak-anak. Apa profesi lain yang cocok untuk perempuan menurut Anda?

Banyak perempuan yang saya temui dapat melakukan pekerjaan laki-laki, misalnya mengganti lampu atau genteng, memasang selang tabung gas, memperbaiki kran air, mencangkul, dll. Bukan berarti mereka tidak membutuhkan laki-laki, melainkan berusaha untuk menjadi mandiri jika suatu saat memang tidak ada laki-laki. Seorang penjual makanan tentunya harus segera menyelesaikan masakannya, jangan sampai kondisi kehabisan gas dan harus menunggu orang lain untuk menggantinya. Jelas bisa menyebabkan kerugian. Ketika kran air bocor dan air mengalir tak berhenti, apakah perempuan harus menunggu orang lain untuk memperbaiki? Seberapa banyak air yang terbuang untuk menunggunya. Saat menjelang malam dan ternyata lampu sudah mati dan perlu diganti, apakah harus menunggu orang lain? Apakah mereka harus melewati malam dengan gelap-gelapan? Kondisi-kondisi seperti itulah yang menjadikan alasan perempuan harus mandiri dan mampu melakukan pekerjaan yang dianggap hanya bisa dilakukan oleh laki-laki.

Saya pribadi sejak kecil bermain dengan kakak laki-laki dan temannya. Saya mengikuti apa yang mereka lakukan, seperti memanjat pohon, sepedaan di jalan terjal, menyeser ikan, dll. Lingkungan tidak mempermasalahkan itu semua. Saat ini pun, saya masih sering menaiki tangga untuk memetik jambu atau mengganti lampu. Sayangnya belum berani mengganti tabung gas. Semoga keberanian itu segera muncul sehingga tidak ada halangan ketika memasak 😎

Prestasi-prestasi tersebut bukan hanya didapat dari usaha perempuan semata, melainkan ada peran laki-laki juga. Mereka bersedia terbuka dan menghargai hak-hak perempuan. Jadi, semua ini berkat kerja sama antar manusia.

Lantas, apakah semua perempuan sudah setara dengan laki-laki?

Saya rasa masih ada perempuan di daerah lain yang masih mendapatkan diskriminasi. Oleh karena itu, sebagai sesama perempuan, marilah kita tunjukkan bahwa perempuan layak dihargai dan setara dengan laki-laki. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nila setitik rusak susu sebelanga

B.A.L ♥ Bu Rini

Senam Lansia