Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Manusia cerdik, kurangi plastik

Gambar
Alasan terciptanya tulisan ini yaitu akumulasi dari keadaan emosi yang memuncak atas kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan plastik. Semakin lama mereka bebas menggunakannya tanpa diimbangi dengan adanya pengelolaan sampahnya. Efek jangka pendek bukanlah kita yang merasakan namun makhluk hidup lain yang tidak bersalah atas keberadaan plastik tersebut. Kita baru akan merasakan beberapa puluh tahun mendatang ketika bumi ini sudah tidak bisa menampung zat tak teruraikan itu. Berawal dari berita di situs "Line Today" terkait adanya paus sperma yang mati di Wakatobi. Setelah dicek melalui pembedahan, ditemukan 5,9 kg sampah plastik di organ dalam hewan mamalia itu. Bukan hanya sekedar sedotan atau sampah kecil lainnya, ada juga tali rafia, gelas plastik, botol plastik hingga terpal. Lebih miris lagi, sampah itu sudah berubah warna menjadi lebih gelap yang mengindikasikan telah ada lama di hewan tersebut. ↓ Informasi terkait efek penggunaan plastik

Jadilah netijen bijak

Gambar
Temen-temen pernah tidak membaca komentar-komentar netizen terkait suatu unggahan informasi yang sebenarnya jawaban pertanyaan mereka itu sudah terpampang jelas di unggahan tersebut? Atau mungkin ada yang jadi admin suatu akun dan selalu dikirim pesan terkait hal-hal yang baru diunggah? Dan tentu jawabannya bisa dicari di unggahan itu. Apa yang kalian rasakan? Gemas-gemas yaa Sedikit curhat nih, kebetulan saya salah satu admin suatu akun komunitas sosial. Beberapa kegiatan utamanya adalah perekrutan panitia dan relawan. Entah mengapa, setiap selesai mengunggah suatu informasi terkait hal tersebut, pasti ada orang yang "pm" dan tanya. Sedihnya, jawaban dari pertanyaan itu sudah ada di unggahan tadi. Oke lah coba dijawab dengan singkat dan diberi tambahan informasi terkait pertanyaannya (untuk cek unggahannya kembali). Tidak lama berselang, netizen tersebut kembali bertanya dengan pertanyaan yang tentunya jawabannya sudah ada lagi. Kadang terpikir, apakah sebe

“Jangan terlalu baik, nanti dimanfaatin”

Pernah mendenger kalimat atau percakapan yang intinya tentang “ jangan terlalu baik, nanti dimanfaatin ”? Aku pribadi pertama kali mendenger saat awal-awal kuliah dan kalimat itu diucapkan oleh saudaraku yang sudah bekerja cukup lama.  Awalnya cuek karena yang mengungkapkan seorang laki-laki dimana mereka terkadang hanya berbicara apa yang saat itu terlintas di pikirannya. Tapi ditelaah lagi, kenapa bisa seorang laki-laki terbersit pikiran seperti itu? Apalagi dengan statusnya yang dirasa sudah cukup berpengalaman bersosialisasi di dunia nyata. Kita tahu bahwa sikap natural mereka cuek dan rasional, bukan emosional yang berperasaan. Akhirnya aku coba telaah dan ternyata makna kalimat itu benar bahkan artinya cukup dalam. Saat itu aku biasa saja, karena memang aku merasa bukan pribadi yang cukup baik dan masih labil sehingga melakukan apapun sesuai mood tanpa memikirkan belas kasih atau sungkan. Lama-kelamaan, tumbuhlah rasa sungkan apalagi dengan kondisi anak kosan yang terkadang

Tangible yang akan menang

"Rasanya kok dimana-mana apa-apa dibangun yaa. Rasanya sebelumnya baik-baik aja, tapi kok tiba-tiba direnovasi. Atau sininya yg ngga tau alasannya?" Ada yang pernah terbersit pemikiran kayak gitu ngga? "Kayaknya jalan baik-baik aja, hanya ada lubang kecil, tau-tau ada perbaikan jalan dari ujung-sampai ujung." "Kayaknya taman pinggir jalan udah asri dan terawat, tau-tau dibongkar ditambah sesuatu yang mungkin dianggap akan lebih rapi." "Keramik suatu fasilitas umum udah bersih, kinclong tanpa noda, tau-tau dibongkar dan dipasang keramik yang beda." --- Jadi keinget sama salah satu dosen. Beliau pernah njelasin kalo pembangunan infrastruktur memang hal yang paling sering dilakukan oleh pihak-pihak tertentu karena outputnya yang bersifat tangible. Tangible berarti mudah diukur dimana masyarakat akan dapat dengan mudah menilai keberhasilan kinerja pihak yang berkaitan. Apa lagi saat ini menjelang pesta demokrasi dimana para calon pengu

Sisi Lain Penjajahan

Tahun ini PT. KAI mengadakan proyek Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa dari Cirebon hingga Surabaya. Salah satu rutenya yaitu jalur Kutoarjo - Kroya dimana itu adalah rute perjalanan pulang saya jadi bisa lihat dan mengikuti perkembangan pengerjaannya. Ya walaupun cuma sebulan sekali sih. Tujuan proyek tersebut untuk meningkatkan kapasitas lintas perjalanan KA. Karena saat ini di rute tersebut hanya ada satu jalur sehingga  menyebabkan kereta berhenti sementara di beberapa titik untuk bergantian jalur. Beberapa kali lewat dan lihat tahapan pengerjaannya terlihat butuh waktu, usaha, dan tentunya biaya yg ngga sedikit. Mulai dari pembebasan lahan yg sebelumnya digunakan masyarakat sebagai bangunan/ rumah secara ilegal (karena jelas terpampang papan tulisan lahan tersebut milik PT. KAI), pengurugan dengan tanah (terutama lahan berupa sawah), pembuatan jembatan, dll. Belum lagi transportasi alat dan bahan yg digunakan seperti tanah, besi-besi, bantalan rel yg super berat, silinder, dan al

ASI, zat terbaik dari yang terhebat

Cerita ini diilhami dari tugas salah satu makul unt membuat beberapa kebijakan baru bedasarkan data kesehatan suatu kabupaten/ kota yg nggak memenuhi target nasional. Nah biar agak bermanfaat dan pengen tau kondisi kesehatan kampung halaman, dicarilah data kesehatan di web dinkes kabupaten tercinta. Akhirnya nemu profil kesehatan kabupaten tahun 2016. Kali ini beda dari biasanya. Sebelumnya baca Riskesdas Indonesia mesti langsung ke data yg dicari. Entah kenapa saat itu pengen banget baca dari awal. Keadaan geografis, administratif, tingkat perekonomian, pendidikan, semua dibaca dari awal. Rasanya ky harus tau keseluruhan tentang daerah kampung halaman. Pencarian terus dilakukan hingga nemu indikator mana yg kurang dari target nasional. Sempet putus ada, pengen ganti kabupaten/ kota lain karena semua indikator udah melebihi target yg artinya kabupaten tsb dalam keadaan yg baik, ngga ada masalah kesehatan. Pencarian akhirnya berhenti saat baca ttg indikator pemberian ASI eksklusif. Ya

Awas, Hipnotis by Telfon

Baru aja ditelfon nomor ngga dikenal mengatasnamakan GOJEK. Di awal operator ngonfirmasi kl antara no hp dan nama pengguna aplikasi. Hasilnya emang bener. Namaku sm no hp ku sesuai. Selanjutnya dia kasih tau kalo aku menang undian sebesar 1 jt. Hadiah ini bisa dicairkan dlm bentuk uang tunai yg nantinya ditransfer atau bisa jg jd saldo gopay 500K. Fyi, operatornya njelasinnya cepet bgt ky udah terlatih. Selanjutnya dia nawarin mau gimana. Karena aku masih punya belas kasih dan memang dasarnya baik hati (maaf ya sombong dikit gpp kan), pura-pura mikir dulu biar keliatan tertarik wkwkwk. Akhirnya ku jawab kalo lain kali aja diambilnya soalnya jarang pake aplikasinya dan udah ada kendaraan sendiri. Seketika operator bilang "oh iya bu". Abis itu matiin telfon haha. Jangan-jangan sana tau kalo sininya tau lg dikibulin. Kita semua harus hati-hati. Jangan gampang ketipu apa lagi sm yg model menang undian dan endingnya minta no rekening buat nyairin hadiahnya. Hipnotis jaman sekara

Tidak Butuh Solusi, Mereka Hanya Ingin Didengar

Ada yg pernah dicurhatin temen atau sahabat?? Gimana reaksi kalian?? Cuek? Pura-pura ndengerin? Ndengerin? Ngasih solusi? Ada seorang temen kuliah dari jaman D3 dan D4 yg sebenernya kami nggak terlalu deket ditambah beda kelas, ya cuma sebatas temen makan karena lokasi kosan kami yg lumayan deket. Pernah sih beberapa kali dia curhat masalah pribadi dan keluarga tapi sebatas garis besar. Jadi cukup tau sedikit kisah hidupnya. Setelah setahun lulus dia dateng ke kosan dan katanya mau ikut ngekos sekitar sebulan karena ada pembekalan bahasa asing di kampus. Fyi dia keterima beasiswa pasca LN. Malem kedua ngekos bareng, abis makan malem, kami ngobrol. Awalnya temanya umum ttg studi dia nantinya. Lama-lama curhat masalah pribadi dan keluarganya yg sama sekali nggak kepikiran dia ada masalah begituan. Kalo diliat dari luar, temenku ini tipe yg periang, tanpa beban, enjoy, apalagi statusnya sbg pengantin baru. Jd bener-bener nggak ada bayangan apapun dibalik sifatnya itu. Cerita si

Kerja? Kuliah? Nikah?

Pernah dengen seorang senior bilang  " transformasi mahasiswa abis lulus kalo nggak kerja, ya kuliah lagi, kalo nggak ya nikah ". Yap, ini pepatah buat orang yg baru lulus kuliah, yg lg galau, yg lg masanya sebar-sebar lamaran (lamaran kerja loh ya wkwkwk) Mau sedikit banyak curhat nih. Kalo dari ortu udh nyaranin buat lanjut sekolah aja, tp sininya pengen kerja dulu, cari pengalaman, ngumpulin duit, bahagiain ortu. Ternyata gk segampang yg dibayangin, STR belum punya, sertifikat pelatihan pendukung keterampilan belum ada. Alhasil, ikutan 2 pelatihan dgn biaya yg cukup nguras dompet. Selama ikut pelatihan jg tetep cari kerja dan coba daftar kuliah. Tinggal nantinya mana yg kecantol, itu yg dijalanin. Kebetulan saat itu ada seleksi CPNS dan spmb pasca, daftar lah keduanya. Fyi, selama ikut pelatihan tetep disempetin loh buat belajar materi tkd, tpa, kewarganegaraan, maupun toefl 😎 Sempet lolos administrasi yg selanjutnya seleksi ujian tulis di luar kota. Pas pulang ke rum

Pekerjaan Paling Mulia?

Sering lihat atau bahkan merasakan sendiri bahwa suatu profesi dianggap lebih rendah dari lainnya sehingga dgn mudahnya mereka memerintahkan suatu tugas ke orang lain?? Menurut pandangan sendiri nih, semua profesi itu mulia dan bermanfaat, tergantung dari niat orang tersebut. Yap, Innamal A’malu Binniyat. Namun jaman sekarang dgn gengsi yg tinggi terutama di Indonesia, hanya beberapa profesi yg dianggap keren, mewah, bermartabat. Sedangkan profesi lainnya dianggap sebelah mata hanya sebagai pelengkap, sebut saja cleaning servis atau tukang pengambil sampah. Dengan seenaknya, seorang atasan menyuruh mereka untuk melakukan hal lain yg bukan tanggung jawabnya. Pernahkah terfikir bahwa apa jadinya jika tak ada mereka? Di lingkup kecil saja misal rumah sakit. Bayangkan jika suatu RS tidak ada yg merminat mendaftarkan diri sebagai CS. Lantai kotor, bau menyengat, bahkan toilet tak terurus. Bak sampah pun akan menumpuk saat petugas sampah tidak bertugas. Lalat beterbangan dan akhirnya

Ketika "bertanya", "maaf", dan "terima kasih" susah diucapkan.

Gambar
Entah apakah dengan alasan gengsi yg menyebabkan seseorang jaman sekarang malas atau bahkan malu untuk bertanya. Apalagi teknologi yg sudah canggih dapat menjawab semua pertanyaan di benak kita semua, contoh saja masalah resep makanan, kesehatan, fashion, dll. Bahkan untuk pergi ke suatu tempat pun sudah tidak perlu bertanya arah, cukup mengetik lokasi yg akan dituju dan aplikasi "GMaps" akan mengantar kita sampai tujuan. Itu hanyalah contoh hal kecil yg bisa ditanyakan ke teknologi. Namun apakah semua hal bisa dijawab olehnya? Sehingga kita tidak perlu bertanya secara lisan pada orang di sekitar? Pernah suatu waktu, saya dan teman sedang melakukan penelitian di RS. Saat itu kami sedang duduk menunggu responden. Tiba2 seseorang keluar dari kamar periksa memanggil kami dan menyuruh unt melakukan pemeriksaan dasar. Memang pakaian yg kami kenakan sama seperti pekerja di sana - agar pasien selaku responden tidak curiga dan mau menjawab jujur pertanyaan yg kami berikan- te